Tantrum
adalah reaksi emosional yang kuat yang sering terjadi pada anak-anak. Tantrum
bisa terjadi dalam berbagai situasi, termasuk setelah pulang sekolah. Banyak
orang tua mungkin bertanya-tanya apa penyebab anak mengalami tantrum setelah
pulang sekolah dan bagaimana menghadapinya. Berikut beberapa penyebab umum dan
memberikan beberapa strategi yang dapat membantu mengatasi tantrum tersebut.
1. Kelelahan
Setelah
seharian beraktivitas di sekolah, anak Anda mungkin merasa kelelahan fisik dan
mental. Rasa lelah ini dapat menyebabkan peningkatan ketidaknyamanan dan emosi
yang lebih sensitif, yang pada gilirannya dapat memicu tantrum. Pastikan anak
Anda memiliki waktu istirahat yang cukup dan waktu luang untuk bermain atau
bersantai setelah pulang sekolah.
2. Kelaparan atau Kehausan
Anak
yang kelaparan atau kehausan mungkin lebih rentan mengalami tantrum. Pastikan
anak Anda makan dengan cukup dan mengonsumsi cairan yang cukup sepanjang hari.
Berikan camilan sehat setelah pulang sekolah untuk membantu menjaga kadar gula
darah dan energi yang stabil.
3. Overstimulasi
Pada
saat pulang sekolah, anak Anda mungkin merasa overstimulasi karena interaksi
sosial, kebisingan, dan aktivitas yang intens di sekolah. Kondisi ini dapat
membuat anak merasa terlalu terbebani dan menyebabkan emosi yang sulit
dikendalikan. Menciptakan lingkungan yang tenang dan menenangkan di rumah,
dengan menghindari rangsangan berlebihan, dapat membantu anak mengatasi
overstimulasi.
4. Perubahan Transisi
Perubahan
dari lingkungan sekolah ke rumah dapat menjadi momen yang menantang bagi
beberapa anak. Mereka perlu beradaptasi dengan perubahan rutinitas, mengalihkan
perhatian, dan menyesuaikan diri dengan suasana yang berbeda di rumah.
Memberikan anak Anda waktu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan
transisi tersebut dapat membantu mengurangi kemungkinan tantrum.
5. Kurangnya Kendali
Anak-anak
mungkin merasa kurang memiliki kendali atas waktu dan keputusan saat berada di
sekolah. Setelah pulang sekolah, mereka mungkin ingin mengambil kendali atas aktivitas
dan lingkungan di rumah. Mempertimbangkan memberikan anak pilihan yang terbatas
dan memberikan mereka kesempatan untuk merasa memiliki kendali dapat membantu
mengurangi frustrasi dan kemungkinan terjadinya tantrum.
Strategi Menghadapi Tantrum
Setelah Pulang Sekolah:
1. Berikan perhatian dan dukungan
Berikan
anak Anda waktu dan perhatian saat pulang sekolah. Dengarkan ceritanya tentang
hari mereka di sekolah dan tunjukkan minat Anda. Ini dapat membantu mereka
merasa didengar dan dihargai, mengurangi kebutuhan mereka untuk mengekspresikan
emosi dengan tantrum.
2. Tetap tenang dan sabar
Jaga
ketenangan dan kesabaran saat anak mengalami tantrum. Jangan merespons dengan
marah atau berteriak. Berikan contoh perilaku yang tenang dan bicarakan dengan
anak setelah mereka tenang.
3. Bantu anak mengidentifikasi emosi mereka
Ajari
anak Anda cara mengenali dan mengungkapkan emosi mereka dengan kata-kata. Bantu
mereka mengenali apa yang membuat mereka frustrasi atau marah, dan ajarkan
mereka cara mengatasi emosi dengan cara yang sehat.
4. Berikan batasan dan aturan yang jelas
Sediakan
batasan dan aturan yang jelas untuk perilaku setelah pulang sekolah. Jelaskan
ekspektasi Anda dengan tegas, tetapi juga berikan fleksibilitas yang wajar agar
anak merasa dihargai.
5. Ajari strategi pengelolaan emosi
Ajarkan
anak cara mengelola emosi mereka dengan strategi yang sehat, seperti bernapas
dalam-dalam, menggambar, atau bermain dengan mainan penghilang stres. Bantu
mereka menemukan cara yang efektif untuk mengungkapkan dan mengatasi emosi yang
intens.
6. Konsistensi dan rutinitas
Tetapkan
rutinitas yang konsisten di sekitar waktu pulang sekolah. Hal ini memberikan
anak perasaan kepastian dan membantu mereka menyesuaikan diri dengan perubahan
transisi dengan lebih baik.
Tidak
semua tantrum dapat dihindari, namun dengan pemahaman tentang penyebab umum dan
strategi yang tepat, kita dapat membantu anak mengatasi tantrum setelah pulang
sekolah dengan lebih baik. Penting untuk memberikan dukungan, kehadiran, dan
komunikasi yang baik kepada anak, serta menciptakan lingkungan yang mendukung
emosi yang sehat dan penyelesaian masalah yang efektif.