Tantrum Pada Balita

Tantrum adalah keadaan ketika anak meluapkan emosinya dengan cara menangis kencang, berguling-guling di lantai, hingga melempar barang.

05 Jun 2023 11:22

Tantrum adalah keadaan ketika anak meluapkan emosinya dengan cara menangis kencang, berguling-guling di lantai, hingga melempar barang. Kondisi ini pasti membuat orang tua stres dan bingung.  Kondisi ini normal dan merupakan bagian dari proses perkembangan anak.


Tantrum biasanyaa dialami oleh anak yang berusia 1-4 tahun. Namun, tidak hanya pada anak-anak, orang dewasa pun bisa mengalami tantrum. Ketika anak mengalami tantrum, orang tua sebaiknya jangan panik dan ikut terbawa emosi.


Penyebab Tantrum

Tantrum biasanya disebabkan karena anak masih berada pada tahap awal perkembangan sosial, emosional, dan bahasa.  Karena anak belum bisa mengomunikasikan kebutuhan dan perasaannya, akibatnya mereka jadi frustrasi.

Tantrum adalah salah satu cara anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka. Anak yang lebih besar juga bisa mengalami tantrum. Ini bisa jadi karena mereka belum belajar cara yang aman untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.

Ciri-Ciri Perilaku Tantrum

Berikut ini merupakan ciri-ciri perilaku tantrum yang sering terjadi pada anak usia dini yaitu:

1.   Suka cemberut dan mudah marah. Anak dengan perilaku temper tantrum biasanya menunjukkan sikap suka cemberut dan mudah marah saat sedang bermain dengan teman-temannya.

2.   Suka mengamuk. Anak dengan perilaku temper tantrum akan mengamuk jika keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tuanya

3.   Suka menyakiti dirinya sendiri.  Anak dengan perilaku temper tantrum memiliki kelemahan dalam mengendalikan emosinya, sehingga meluapkannya dalam bentuk kemarahan yang berlebihan.

Cara Menghadapi Anak Tantrum

Bukan hanya penyebab anak tantrum dan ciri-cirinya, orang tua juga perlu memahami bagaimana cara mengatasi anak tantrum dengan baik. Berikut ini cara mengatasi anak tantrum yaitu sebagai berikut:

a)    Beri Anak Ruang

Dengan memberikan dia ruang kesempatan untuk meluapkan emosinya, tapi jangan jauh-jauh dan tetap awasi dia. Salah satu cara menenangkan anak tantrum adalah dengan memberikan ruang untuk anak. 

b)    Tetap Tenang

Saat anak tantrum, orang tua harus tetap tenang dan jangan membalas berteriak atau memaksa anak menghentikan amukannya. Sikap yang tenang akan membuat tantrum anak lebih mudah untuk diatasi. Orang tua juga bisa mengajak anak ke tempat yang lebih sepi dan tenang guna menenangkan emosinya.

c)    Konsisten

Tetapkan rutinitas harian sehingga anak tahu apa yang dilakukan. Ini termasuk tidur siang dan waktu tidur. Tantrum bisa saja dipicu oleh kurangnya waktu istirahat. 

d)    Tunjukkan Empati

Beri anak pelukan lembut sambil membisikkan kata-kata yang menenangkan. Bentuk suasana positif dan tunjukkan empati kepadanya, misalnya dengan mengatakan, "Adik marah ya, mainannya diambil teman? Nanti kita bujuk dia untuk mengembalikannya, ya." Pengertian orang tua terhadap masalah anak akan membuatnya tenang.

e)    Cari Tahu Penyebab Tantrum

Beragam hal bisa menjadi penyebab tantrum pada anak, seperti keinginan yang tidak terpenuhi atau adanya perasaan lapar dan mengantuk yang sulit diungkapkan. Jika anak belum bisa berbicara, salah satu cara untuk mengenali penyebabnya adalah dengan menanyakan secara langsung, “Kamu lapar?” atau “Kamu masih ngantuk?”. Anak mungkin akan mengangguk atau menggeleng. Jika penyebab tantrum anak diketahui, maka orang tua akan lebih mudah mengatasinya. 

f)     Biarkan Anak Membuat Pilihan yang Tepat

Hindari mengatakan tidak untuk semuanya. Untuk memberi anak rasa kontrol, biarkan anak membuat pilihan. “Mau pakai baju merah atau baju biru?” “Apakah kamu ingin makan apel atau melon?” “Apakah kamu  mau membaca buku atau bermain lego?” .

Diperlukan ketegasan, ketenangan, dan konsistensi saat menghadapi anak yang tantrum. Jangan lupa, minta dukungan anggota keluarga lain, seperti suami, nenek, kakek dan lainnya, untuk tegas terhadap anak saat mulai tantrum. Jika tantrum pada anak tampak terlalu sering, atau membuatnya menyakiti dirinya atau orang lain, Bunda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendiskusikan perilaku tersebut dan cara tepat menanganinya.

Related Articles

Artikel Terbaru